Menpora Zainuddin Amali

SURABAYA, PAREPARETERKINI.COM – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali melakukan peninjauan ke pusat latihan bibit atlet nasional di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Peninjauan dilakukan setelah Program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) menunjuk Unesa sebagai salah satu tempat penjaringan, pembinaan dan pelatihan para atlet nasional.

Zainudin menjelaskan pada program tersebut akan merekrut sekitar 250 ribu atlet muda di seluruh Indonesia. Namun perekrutan tidak dilakukan serentak, melainkan bertahap.

Lebih lanjut Zainudin mengatakan perekrutan dilakukan dengan seleksi ketat hingga menemukan bibit-bibit atlet elit. Dari sinilah para atlet tersebut bakal dipersiapkan pada ajang Olimpiade maupun Paralimpiade.

“250 ribu itu tidak sekali rekrut, itu bisa beberapa tahap. Yang saya gambarkan itu basis talenta yang kita butuhkan untuk menghasilkan atlet elit nasional,” ujar di Laboratorium Sport Science Fitness Center (SSFC) Unesa, Rabu (16/3/2022).

“250 ribu orang ini akan terseleksi, dia naik menjadi 37.500, kemudian terseleksi lagi menjadi 750 orang, sisanya atlet elit nasional diperkirakan berada di usia 20an, tingkat mahasiswa itu tinggal 150,” imbuhnya.

Baca juga:
Naturalisasi Sandy Walsh-Jordi, Menpora: Sudah Diajukan ke Kemenkum HAM
Menurut Zainudin, pada rekrutmen awal calon atlet elit, pihaknya mencari siswa kelas 1 SMP. Adapun estimasinya yakni sekitar 80-100 orang.

“Mungkin, rekrut awal sekitar 80-100 orang, itu yang akan kita cari. Tapi semuanya SMP kelas 1. Nanti semua akan di asramakan,” ujarnya.

Dari rekrutmen ini, lanjut Zainudin, perguruan tinggi dipilih sebagai tempat untuk mendidik para atlet karena sudah memiliki fasilitas. Seperti laboratorium sport science.

“Karena untuk prestasi tidak mungkin lagi kita meninggalkan sport science, menjadi pendamping utama, perguruan tinggi punya,” kata Zainudin.

Selain itu, lanjut Zainudin, perguruan tinggi memiliki tenaga untuk melatih para atlet itu. DEngan demikian para calon atlet tentu ada yang menjaga.

“Anak-anak ini anak kelas 1 SMP, tidak mungkin dia tidak ada pembimbingnya, pembinanya, karena mereka ini tinggal (di asrama), akomodasi, nutrisi, psikis, diperhatikan perkembangannya dari hari ke hari, pelajarannya juga disesuaikan. Karena dia atlet, kita persiapkan untuk atlet. Jadi sangat berbeda dengan anak-anak sekolah yang reguler,” jelasnya.

Baca juga:
Mengenal Lebih Dekat Mario Aji, Pembalap Moto3 Asal Magetan
Perguruan tinggi yang ditetapkan sebagai sentra, pastinya sudah ada sekolahnya. Di Unesa sendiri ada Lab School SD, SMP, dan SMA. Para bibit atlet juga sudah terbiasa dengan suasana yang berbeda.

“Kita sudah biasakan dia untuk menuju satu lingkungan yang berbeda, sehingga dia fokus disitu. Kalau disini suasananya berbeda, lepas dari orang tua. Mereka akan menjadi anak negara, semua sudah diurus negara. Tetapi, tugas dia konsentrasi untuk menjadi atlet, tidak boleh berpikir yang lain-lain,” urainya.

Zainudin mengatakan selain perguruan tinggi juga akan bekerja sama dengan seluruh stake holder lain. Seperti pemprov hingga KONI.

“Unesa satu langkah di depan. Pasti, semua sudah disiapkan. Tapi kita menstandarisasi, kalau ada yang kurang itu menjadi kewajiban kami,” pungkasnya.

Untuk mendukung hal tersebut, Unesa telah menyiapkan fasilitas mulai dari tempat asrama, laboratorium di berbagai cabang olahraga, hingga Lab School bagi para atlet. (detik)