Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 hanya akan mencapai 5,1 persen. Prediksi itu tidak jauh berbeda dengan capaian tahun ini karena disebabkan pengaruh kondisi ekonomi global.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan keadaan ekonomi global yang tak menentu masih dapat dirasakan hingga tahun depan. Ia mencontohkan beberapa negara turut mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, seperti ekonomi China yang tumbuh melambat dalam 20 terakhir.
“Perkiraan kami Bank Indonesia sekitar 5,1 persen,” kata Dody Budi Waluyo, seperti dikutip dari CNNIndonesia, Kamis (22/11/2018).
Ia menjelaskan saat ini pertumbuhan ekonomi global berpotensi untuk bias ke bawah, kecuali Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Bank Indonesia memang menyatakan akan merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019, namun pihaknya belum mau mengungkapkan secara rinci angka pertumbuhan tersebut.
Hingga kini pihaknya masih menunggu proses normalisasi yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa (European Central Bank). Selain mengacu pada suku bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve, suku bunga Eropa juga berdampak pada penentuan suku bunga negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Tahun depan, Dody menjelaskan Bank Indonesia masih akan tetap melakukan kebijakan-kebijakan moneter secara ketat. Hal itu dilakukan seiring dengan upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan nilai tukar yang berasal dari pelebaran defisit neraca transaksi berjalan.
Menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rabu (21/11) pagi ini, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo yakin rupiah akan kembali perkasa dalam waktu dekat.
Salah satu faktor yang akan memperkuat rupiah ialah aliran sentimen modal asing yang akan masuk ke Indonesia. Dia menilai hal itu menjadi salah satu indikator meningkatnya kepercayaan pasar global terhadap Indonesia.
“Masih sangat baik dan positif, kami melihat indikator paling singkatnya asing terlihat confidence (yakin) terhadap Indonesia,” ungkapnya.
Berdasarkan data BI 1-12 November 2018, ekuivalen dana asing yang masuk ke Indonesia tercatat sekitar Rp25 triliun. Nilai itu didapatkan dari Surat Berharga Negara (SBN) dan instrumen keuangan lain.
“Apresiasi rupiah 8 persen, artinya mengalami perbaikan (nilai tukar tahun kalender),” jelasnya.